MAKALAH
GENETIKA
BAKTERI
TRANSGENIK (ICE MINUS BACTERIA)
Diajukan
untuk memenuhi tugas mandiri
Mata kuliah: Genetika
Dosen
pengampu : Yuyun Maryuningsih, S.Si, M.Pd
Disusun
oleh:
Nama : Helmi Apriliyatmi Hapwiyah
NIM : 14111610109
Kelas/Semester : Biologi B/5
Jurusan : Tadris IPA Biologi
KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI
CIREBON
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kemajuan
yang telah dicapai dalam bidang bioteknologi dan teknik DNA rekombinan telah
membantu mempercepat dan meningkatkan berbagai penelitian menuju kearah
pemahaman tentang biosintesis dari metabolit sekunder. Berbagai penelitian
telah berhasil mengidentifikasi beberapa enzim yang berperan penting dalam
jalan metabolisme, dan telah berhasil dilakukan rekayasa dan manipulasi
terhadap enzim-enzim tersebut.
Bioteknologi
di bidang pertanian dan perkebunan difokuskan pada agen biologi yang berupa
tumbuhan budidaya yang menghasilkan bahan makanan dan sandang. Teknologi yang
dikembangkan rekayasa genetik dengan bantuan mikroorganisme (bakteri).
Tujuannya adalah untuk mendapatkan tanaman transgenik.
Kemajuan
bioteknologi di bidang pertanian dan perkebunan contohnya seperti bakteri
transgenik yang merupakan suatu rekayasa genetika pada bakteri Pseudomonas
syringae yang dimanfaatkan untuk
melindungi tanaman pada musim dingin. Bakteri Pseudomonas syringae mempunyai
keistimewaan yaitu mampu membentuk inti es, bakteri tersebut
dapat bertahan hidup pada suhu yang dingin sehingga dia tidak akan mati pada
musim dingin.
Tanaman
yang berada di daerah yang mengalami empat musim yaitu musim panas, musim
dingin, musim semi dan musim gugur. Tidak dapat bertahan hidup seperti pada daerah
yang mengalami dua musim. Misalnya pada musim dingin atau musim salju tanaman
tidak dapat bertahan hidup atau tanaman tersebut akan mengalami kerusakan
karena terkena butiran salju yang mengakibatkan daun dan tanaman tersebut
menjadi rusak, hal ini disebabkan karena pada tanaman tersebut tidak terdapat
zat yang berfungsi melindungi pada musim dingin.
Dengan
masalah yang telah terjadi seperti yang telah diceritakan diatas tersebut maka para
ahli mencari solusi untuk mengatasi masalah yang terjadi dengan merekayasa
bakteri transgenik dari bakteri Pseudomonas
syringae yang dapat bertahan hidup pada suhu yang dingin kemudian
disemprotkan ke tanaman sehingga pada musim dingin tanaman tersebut tidak
mengalami kerusakan. Dengan demikian tanaman akan bisa bertahan pada musim
dingin, namun bakteri Pseudomonas
syringae dapat merusak jaringan tanaman sehingga dapat menyebabkan tanaman
tersebut akan mati.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini, yaitu mencakup:
1. Apakah
bakteri transgenik (ice minus
bacteria)?
2. Bagaimana
cara pembuatan bakteri transgenik (ice minus bacteria)?
3. Apa
manfaat dari bakteri transgenik (ice minus bacteria)?
4. Apa
kekurangan dari bakteri transgenik (ice minus bacteria)?
5. Bagaimana kontroversi dari bakteri transgenik (ice minus bacteria)?
C. Tujuan
1. Mengetahui
bakteri transgenik (ice minus
bacteria)
2. Mengetahui
cara pembuatan bakteri transgenik (ice minus bacteria)
3. Mengetahui
manfaat dari bakteri transgenik (ice minus bacteria)
4.
Mengetahui
kekurangan dari bakteri transgenik (ice minus bacteria)
5.
Mengetahui kontroversi dari
bakteri transgenik (ice minus bacteria)
BAB 2
A. Pengertian Bakteri Transgenik
Bakteri es minus (Ice_minus Bacteri) adalah nama umum yang diberikan kepada
suatu varian umum dari bakteri Pseudomonas syringae (P. syringae)
yang direkayasa genetika untuk melindungi tanaman dari kerusakan akibat salju
pada musim dingin. Bakteri es minus disebut juga dengan bakteri transgenik karena
DNA yang terdapat pada bakteri Pseudomonas
syringae disisipkan ke dalam DNA bakteri
Escherchia coli yang kemudian disemprotkan
ke tanaman agar tidak terjadi kerusakan pada musim dingin.
Pseudomonas
syringae adalah bakteri gram negatif, aerobik, berbentuk
batang, dan memiliki flagela
polar.Secara biokimia, bakteri
ini dapat diuji dengan menggunakan uji oksidase dan arginin hidrosilase yang akan menunjukkan hasil
negatif. Pseudomonas syringae merupakan mikroorganisme yang terdapat
dalam setiap kubik udara (40 mikroorganisme/kubik) dan memiliki 58-60% GC (guanin-sitosin). Pseudomonas
syringae dapat ditemukan pada tanaman, tanah, dan udara, tapi
umumnya memiliki habitat pada permukaan daun berbagai tanaman sehingga termasuk
bakteri filosfer dan merupakan patogen pada
beberapa spesies tanaman tertentu.
Pseudomonas syringae tidak memiliki kemampuan untuk menghasilkan protein
permukaan tertentu, biasanya ditemukan pada tipe Pseudomonas syringae
liar. Protein es plus ditemukan di luar dinding sel bakteri yang bertindak
sebagai pusat nukleasi untuk kristal es. Penunjukan “es plus” merupakan varian
yang dapat memfasilitasi pembentukan es. Varian es minus dari Pseudomonas
syringae adalah mutan, tidak memiliki gen yang bertanggung jawab atas
nukleasi protein permukaan-produksi es.
Kurangnya protein permukaan menyediakan lingkungan yang kurang
menguntungkan untuk pembentukan es. Kedua strain Pseudomonas syringae
terjadi secara alami, namu teknologi DNA rekombinan telah memungkinkan untuk
menghilangkan sintetik atau perubahan gen tertentu, memungkinkan penciptaan
strain es minus.
Keistimewaan utama dari Pseudomonas syringae adalah kemampuannya
membentuk inti es (nukleasi es) yang dapat menstimulasi pembentukan es pada
suhu -2 °C hingga -4 °C. Pada keadaaan normal, air murni akan
berbentuk cair pada suhu 0 sampai -4 °C, namun kristal es dapat terbentuk
pada suhu yang rendah tersebut dengan adanya inti es.
Protein inti es yang dihasilkan oleh bakteri ini terletak pada membran luar dan
asam amino yang menyusun protein tersebut sebagian besar bersifat hidrofilik
sehingga dapat berasosiasi dengan air. Pada Pseudomonas syringae,
protein inti es disandikan oleh gen inaz yang diekspresikan secara
terus-menerus (konstitutif) dan gen tersebut telah berhasil diisolasi dan
dikloning untuk berbagai aplikasi lain.
Tanpa adanya Pseudomonas syringae, tanaman tidak dapat bertahan di musim dingin yang
bersuhu di bawah 0 °C, walaupun air yang berada di permukaan daun sangat
dingin (disebut supercools). Adanya Pseudomonas syringae akan
membuat air supercools di permukaan daun menjadi inti es yang memicu
pembentukan kristal es. Kristal es ini dapat merusak jaringan tanaman yang
disebut luka beku (frost injury atau frost damage) dan berakibat
penurunan kemampuan berfotosintesis dan pada
akhirnya dapat mematikan tanaman tersebut.
Tanda kerusakan tanaman akibat frost damage biasanya berupa warna
kuning, coklat, bahkan kehitaman pada daun. Hal ini terjadi karena jaringan tanaman
secara spontan dan tiba-tiba membeku terlalu cepat dan sel mengalami dehidrasi yang
diikuti penetrasi kristal es yang merusak membran sel. Kerusakan
tanaman pangan akibat Pseudomonas syringae umumnya terjadi pada musim
panen ketika terjadi penurunan suhu di bawah 0 °C dalam waktu yang singkat
seperti terjadi di malam hari.
B. Cara Pembuatan Bakteri Transgenik
Untuk sistematis menciptakan strain es minus dari Pseudomonas syringae, es membentuk gen harus diisolasi, diperkuat,
dinonaktifkan dan memperkenalkan kembali ke bakteri Pseudomonas syringae.
Langkah-langkah berikut ini sering digunakan
untuk mengisolasi dan menghasilkan minus jenis es dari Pseudomonas syringae: 1) Memotong
DNA Pseudomonas syringae dengan
enzim restriksi, 2) masukkan
potongan DNA individu ke dalam plasmid. Penyisipan akan dilakukan secara acak,
sehingga memungkinkan untuk berbagai variasi DNA rekombinasi yang dihasilkan, 3) mengubah
bakteri Escherichia coli (E. coli)
dengan plasmid rekombinan. Plasmid akan diambil oleh bakteri, menyumbangkan
bagian dari DNA organisme, 4) identifikasi gen-es dari berbagai baru dikembangkan E.coli
rekombinan. RekombinanE.coli
dengan gen-es akan memiliki es nukleasi fenotipe, ini akan menjadi "ice-plus.", 5) dengan
es nukleasi rekombinan diidentifikasi, memperkuat gen es dengan teknik seperti reaksi berantai polimerase (PCR), 6) membuat klon
mutan dari gen es melalui pengenalan agen mutagenik seperti radiasi UV untuk
menonaktifkan gen es, menciptakan “es-minus” gen, 7) mengulangi
langkah sebelumnya (memasukkan gen ke plasmid, transformasi E.coli
mengidentifikasi rekombinan), dengan mutan klon diciptakan untuk
mengidentifikasi bakteri dengan gen es minus. Mereka akan memiliki fenotipe
es-minus yang diinginkan, 8) memasukkan
gen es minus ke normal, es-plus bakteri Pseudomonas syringae, 9) memungkinkan
rekombinasi untuk mengambil tempat, memberikan baik-minus dan pluses-strain Pseudomonas
syringae.
C. Manfaat Bakteri Transgenik
Keberhasilan dunia pertanian sangat
tergantung pada cuaca, kondisi cuaca dingin secara langsung bertanggung jawab
untuk munculnya embun beku pada tanaman. Di Amerika saja, telah diperkirakan
embun beku bahwa untuk sekitar $ 1 milyar setiap tahun kerusakan tanaman.
Seperti Pseudomonas syringae umumnya
mendiami permukaan tanaman, nukleasi yang sifat menghasut pengembunan es,
membekukan kuncup tanaman dan menghancurkan tanaman. Pengenalan minus dari
strain es dari Pseudomonas syringaeke permukaan tanaman akan menimbulkan
persaingan antara strain. Jika strain es minus menang, es nukleasi disediakan
oleh Pseudomonas syringae, Pseudomonas syringae tidak akan lagi hadir,
menurunkan tingkat pembangunan pabrik es pada permukaan air normal pada suhu
beku (0oC).
Bahkan
jika strain es minus tidak menang, jumlah nukleasi es-plus hadir dari Pseudomonas
syringae. Penurunan tingkat generasi embun beku pada suhu beku air normal
akan diterjemahkan ke dalam menurunkan jumlah tanaman yang hilang akibat
kerusakan beku, memberikan hasil panen yang lebih tinggi secara keseluruhan.
Pada tahun 1983, Advanced Ilmu Genetik (AGS) memperoleh otorisasi pemerintah AS
untuk melakukan tes lapangan dengan strain Pseudomonas syringaees minus,
namun kelompok lingkungan dan demonstran tertunda uji lapangan selama empat
tahun dengan tantangan hukum.
Pada
tahun 1987, dari Pseudomonas syringae menjadi yang pertama organisme
dimodifikasi secara genetik (GMO) akan dilepaskan ke dalam lingkungan. Bidang
strawberry di California disemprot dengan strain Pseudomonas syringaees
minus hanya sebelum embun beku pada tahun 1987. Hasilnya menjanjikan,
menunjukkan kerusakan embun beku diturunkan untuk tanaman dirawat. Dr Lindow
juga melakukan percobaan pada tanaman bibit kentang disemprot dengan Pseudomonas
syringaees minus. Dia berhasil dalam melindungi tanaman kentang dari
kerusakan salju dengan strain Pseudomonas syringae es minus.
Bakteri Pseudomonas syringae tidak
selalu merugikan karena protein inti es yang dihasilkannya telah digunakan
secara komersil untuk pembuatan salju buatan dengan merek dagang Snowmax. Snowmax merupakan protein penginduksi salju
yang disebar ke alam terutama waktu malam hari dan akan menstimulasi
pembentukan salju dengan tekstur yang lebih lembut dan lebih tahan terhadap
perubahan suhu lingkungan. Penelitian mengenai Snowmax menunjukkan bahwa protein aktif ini
dapat tahan dalam jangka waktu satu bulan di lingkungan. Salju buatan dibentuk
menggunakan bantuan mesin pembuat salju yang mampu memecah molekul air
menjadi partikel kecil lalu mendistribusikan salju ke lingkungan.
Dalam industry pangan, protein inti es dari Pseudomonas syringae tidak hanya dapat
dimanfaatkan sebagai salju buatan, namun juga dapat digunakan sebagai pengawet makanan dalam industi pangan dan juga bahan
pendukung untuk tempat seluncur es (ice skating).
D. Kekurangan Bakteri Transgenik
Pada saat karya Dr Lindow tentang Pseudomonas syringaees minus rekayasa genetika dianggap sangat
kontroversial. Kontroversi terutama seputar kekhawatiran akan memperkenalkan
organisme baru yang dapat secara permanen mengganggu ekosistem.
Dampak lain yang tidak langsung dari aktivitas nukleasi es oleh Pseudomonas
syringae adalah matinya bakteri-bakteri lain, termasuk bakteri yang bersimbiosis mutualisme dengan tanaman dan berhabitat di permukaan daun
karena kondisi ekstrem yang terjadi ketika partikel es mencair. Pseudomonas
syringae tetap dapat bertahan hidup karena memiliki membran dengan banyak asam amino hidrofobik sehingga tahan suhu rendah ketika
es mencair. Hal ini terjadi pada kasus Florida Citrus Crop di Amerika Serikat.
Tanaman yang sering terinfeksi Pseudomonas syringae adalah tomat dan
Arabidopsis thaliana dan penyakit yang diakibatkan disebut sebagai bintik hitam
coklat daun (brown black leaf spot).
E. Aplikasi Bakteri Transgenik
Pseudomonas
syringae dapat dimanfaatkan sebagai pengawet makanan
dalam industi pangan, yaitu dengan cara menyemprotkan strain bakteri Pseudomonas
syringae ke tanaman yang akan
diawetkan agar tanaman tidak rusak dan tahan lama pada musim salju. Tanaman
yang disemprotkan dengan Pseudomonas syringae merupakan jenis tanaman
transgenik. Tanaman transgenik adalah tanaman
yang telah disisipi atau memiliki gen asing dari spesies
tanaman yang berbeda atau makhluk hidup
lainnya.
Penggabungan
gen asing ini bertujuan untuk mendapatkan tanaman dengan sifat-sifat yang
diinginkan, misalnya pembuatan tanaman yang tahan suhu tinggi, suhu rendah, kekeringan,
resisten terhadap organisme pengganggu tanaman,
serta kuantitas dan kualitas yang lebih tinggi dari tanaman alami. Sebagian
besar rekayasa atau modifikasi sifat tanaman dilakukan untuk mengatasi kebutuhan
pangan
penduduk dunia yang semakin meningkat dan juga permasalahan kekurangan gizi
manusia sehingga pembuatan tanaman transgenik juga menjadi bagian dari pemuliaan tanaman.
Hadirnya tanaman transgenik menimbulkan kontroversi masyarakat dunia karena
sebagian masyarakat khawatir apabila tanaman tersebut akan mengganggu
keseimbangan lingkungan (ekologi),
membahayakan kesehatan
manusia,
dan memengaruhi perekonomian global.
Untuk
membuat suatu tanaman transgenik, pertama-tama dilakukan identifikasi atau
pencarian gen yang akan menghasilkan sifat tertentu (sifat yang diinginkan).
Gen yang diinginkan dapat diambil dari tanaman
lain, hewan,
cendawan,
atau bakteri.
Setelah gen yang diinginkan didapat maka dilakukan perbanyakan gen yang disebut
dengan istilah kloning gen. Pada tahapan kloning
gen, DNA asing akan dimasukkan ke dalam vektor kloning
(agen pembawa DNA), contohnya plasmid
(DNA yang digunakan untuk transfer gen). Kemudian, vektor kloning akan
dimasukkan ke dalam bakteri sehingga DNA dapat diperbanyak seiring dengan
perkembangbiakan bakteri
tersebut. Apabila gen yang diinginkan telah diperbanyak dalam jumlah yang cukup
maka akan dilakukan transfer gen asing tersebut ke dalam sel tumbuhan yang
berasal dari bagian tertentu, salah satunya adalah bagian daun. Transfer
gen ini dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu metode senjata gen,
metode transformasi DNA yang diperantarai bakteri Agrobacterium tumefaciens,
dan elektroporasi
(metode transfer DNA dengan bantuan listrik).
Metode
senjata gen atau penembakan mikro-proyektil.
Metode ini sering digunakan pada spesies jagung
dan padi.
Untuk melakukannya, digunakan senjata yang dapat menembakkan mikro-proyektil
berkecepatan tinggi ke dalam sel tanaman. Mikro-proyektil tersebut akan
mengantarkan DNA untuk masuk ke dalam sel tanaman. Penggunaan senjata gen
memberikan hasil yang bersih dan aman, meskipun ada kemungkinan terjadi
kerusakan sel selama penembakan berlangsung.
Metode
transformasi yang diperantarai oleh Agrobacterium tumefaciens.
Bakteri Agrobacterium tumefaciens
dapat menginfeksi tanaman secara alami karena memiliki plasmid Ti,
suatu vektor (pembawa DNA) untuk menyisipkan gen asing. Di dalam plasmid Ti
terdapat gen yang menyandikan sifat virulensi untuk menyebabkan penyakit tanaman
tertentu. Gen asing yang ingin dimasukkan ke dalam tanaman dapat disisipkan di
dalam plasmid Ti. Selanjutnya, A. tumefaciens
secara langsung dapat memindahkan gen pada plasmid tersebut ke dalam genom
(DNA) tanaman. Setelah DNA asing menyatu dengan DNA tanaman maka
sifat-sifat yang diinginkan dapat diekspresikan tumbuhan.
Metode
elektroporasi. Pada metode elektroporasi
ini, sel tanaman yang akan menerima gen asing harus
mengalami pelepasan dinding sel hingga menjadi protoplas
(sel yang kehilangan dinding sel). Selanjutnya sel diberi kejutan
listrik dengan voltase
tinggi untuk membuka pori-pori membran sel tanaman sehingga DNA asing dapat
masuk ke dalam sel dan bersatu (terintegrasi) dengan DNA kromosom
tanaman. Kemudian, dilakukan proses pengembalian dinding sel tanaman.
Setelah
proses transfer DNA selesai, dilakukan seleksi sel daun untuk mendapatkan sel
yang berhasil disisipi gen asing. Hasil seleksi ditumbuhkan menjadi kalus
(sekumpulan sel yang belum terdiferensiasi) hingga nantinya terbentuk akar
dan tunas.
Apabila telah terbentuk tanaman muda (plantlet), maka dapat dilakukan
pemindahan ke tanah dan sifat baru tanaman dapat diamati.
F. Kontroversi Bakteri Transgenik yang digunakan untuk membuat tanaman transgenik
1. Pengaruh pada kesehatan manusia
Sikap kontra terhadap produk tanaman transgenik umumnya berasal dari organisasi non-pemerintah/LSM, seperti Greenpeace dan Friends of the Earth Internasional. Dari segi kesehatan, tanaman ini dianggap dapat menjadi alergen (senyawa yang menimbulkan alergi) baru bagi manusia. Untuk menanggapi hal tersebut, para peneliti menyatakan bahwa sebelum suatu tanaman transgenik diproduksi secara massal, akan melakukan berbagai pengujian potensi alergi dan toksisitas untuk menjamin agar produk tanaman tersebut aman untuk dikonsumsi. Apabila berpotensi menyebabkan alergi, maka tanaman transgenik tersebut tidak akan dikembangkan lebih lanjut. Kekhawatiran lain yang timbul di masyarakat adalah kemungkinan gen asing pada tanaman transgenik dapat berpindah ke tubuh manusia apabila dikonsumsi. Pendapat tersebut dinilai berlebihan oleh para ilmuwan karena makanan yang berasal dari tanaman transgenik akan terurai menjadi unsur-unsur yang dapat diserap tubuh sehingga tidak akan ada gen aktif. Untuk memberikan kebebasan kepada masyarakat dalam memilih produk transgenik atau produk alami, berbagai negara, khususnya negara-negara Eropa, telah melakukan pemberian label terhadap produk transgenik. Pelabelan tersebut juga bertujuan untuk memberikan informasi kepada konsumen sebelum mengonsumsi hasil tanaman transgenik.
2. Pengaruh pada lingkungan (ekologis)
Penolakan terhadap budidaya tanaman transgenik
muncul karena dianggap berpotensi mengganggu keseimbangan ekosistem. Salah
satunya adalah terbentuknya hama
atau gulma
super (yang lebih kuat atau resisten) di lingkungan. Kekhawatiran ini terlihat
jelas pada perdebatan mengenai jagung Bt
yang memiliki racun Bt untuk membunuh hamalepidoptera
berupa ngengat
dan kupu-kupu
tertentu. Ada kemungkinan hama yang ingin dibunuh dapat beradaptasi dengan
tanaman tersebut dan menjadi hama yang lebih tahan atau resisten terhadap racun
Bt. Selain itu, kupu-kupu Monarch, yang bukan merupakan hamajagung,
ikut terkena dampak berupa peningkatan kematian akibat memakan daun tumbuhan
perdu (Asclepias)
yang terkena serbuk
sari
dari jagung Bt. Penelitian mengenai kupu-kupu Monarch tersebut dapat disanggah
oleh studi lainnya yang menyatakan bahwa kupu-kupu tersebut mati karena
habitatnya dirusak dan hal ini tidak berhubungan sama sekali dengan jagung Bt.
Di sisi lain, penggunaan tanaman transgenik seperti jagung Bt telah menurunkan
penggunaan pestisida
secara signifikan sehingga mengurangi pencemaran kimia ke lingkungan. Selain
itu, petani juga merasakan dampak ekonomis dengan penghematan biaya pembelian
pestisida.
Kontroversi
lain yang berkaitan dengan isu ekologi
adalah timbulnya perpindahan gen secara tidak terkendali dari tanaman
transgenik ke tanaman lain di alam
melalui penyerbukan
(polinasi).
Serbuk sari dari tanaman transgenik dapat terbawa angin
dan hewan
hingga menyerbuki tanaman lain. Akibatnya, dapat terbentuk tumbuhan baru dengan
sifat yang tidak diharapkan dan berpotensi merugikan lingkungan. Sebagai
tindakan pencegahan, beberapa tanaman yang disisipi gen untuk
mempercepat pertumbuhan dan reproduksitanaman,
seperti: alfalfa
(Medicago sativa), kanola,
bunga matahari, dan padi,
disarankan untuk dibudidayakan pada daerah tertutup (terisolasi) atau dibatasi
dengan daerah penghalang. Hal itu dilakukan untuk menekan perpindahan serbuk sari
ke tanaman lain, terlebih gulma.
Apabila gulma memiliki gen
tersebut maka pertumbuhannya akan semakin tidak terkendali dan dengan cepat
dapat merusak berbagai daerah pertanian
di sekitarnya. Hingga sekarang belum terdapat petunjuk bahwa transfer
horizontal ini telah menyebabkan munculnya "gulma super", meskipun
telah diketahui terjadi transfer horizontal.
3. Pengaruh etika dan agama
Dari segi etika, pihak yang kontra dengan tanaman transgenik menganggap bahwa rekayasa atau manipulasi genetik tanaman merupakan tindakan yang tidak menghormati penciptaan Tuhan. Perubahan sifat tanaman dengan penambahan gen asing juga dianggap sebagai tindakan "bermain sebagai Tuhan" karena mengubah makhluk yang telah diciptakan-Nya. Pemikiran teologis Katolik memandang bahwa manipulasi atau rekayasa genetik merupakan suatu kemungkinan yang disediakan oleh Tuhan karena tanaman diberikan kepada manusia untuk dipelihara dan dimanfaatkan. Dalam sudut pandang agama tersebut, modifikasi genetika tanaman tidak berlawanan dengan ajaran Gereja Katolik, namun kelestarian alam juga harus diperhatikan karena merupakan tanggung jawab manusia. Dalam menanggapi isu tentang tanaman transgenik, Dewan Yuriprudensi Islam dan Badan Sertifikasi Makanan Islam di Amerika (IFANCA) menyatakan bahwa makanan dari tanaman transgenik yang ada telah dikembangkan bersifat halal dan dapat dikonsumsi oleh umat Islam.[45] Untuk tanaman yang disisipi gen dari binatang haram, produk tanaman transgenik tersebut akan disebut Masbuh, yang berarti masih diragukan (belum diketahui) status halal atau haramnya. Sertifikasi makanan yang telah dikeluarkan oleh IFANCA juga diakui dan diterima oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), Majelis Ulama Islam Singapura (MUIS), Liga Muslim Dunia, Arab Saudi, dan pemerintah Malaysia.
Pihak yang mendukung tanaman transgenik menganggap bahwa transfer gen dari suatu makhluk hidup ke makhluk lainnya merupakan hal yang alamiah dan biasa terjadi di alam sejak pertama kali berlangsungnya kehidupan. Mereka juga berargumen bahwa persilangan berbagai jenis padi yang dilakukan untuk mendapatkan padi dengan sifat unggul telah dilakukan para petani sejak dahulu. Perkawinan berbagai varietas padi tanpa disadari telah mencampur gen-gen yang ada di tanaman tersebut. Para ilmuwan hanya mempercepat proses transfer gen tersebut secara sengaja dan sistematis.
4. Pengaruh terhadap ekonomi global
Riset dan pengembangan
tanaman transgenik membutuhkan biaya yang besar dan umumnya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan
swasta
maupun pemerintah
di negara maju.
Untuk mengembalikan biaya investasi perusahaan dan melindungi produk
hasil investasinya, tanaman transgenik yang telah diproduksi akan dipatenkan.
Di dalam salah satu laporan kerja Komisi Eropa,
disebutkan bahwa pemberlakuan paten pada produk transgenik dapat mengakibatkan
petani kehilangan kemampuan memproduksi benih secara mandiri dan harus membeli
pada produsen dari negara maju.
Ketergantungan
para petani terhadap produsen juga semakin meningkat dengan ditemukannya teknologi "gen
bunuh diri". Sebagian tanaman transgenik disisipi "gen
bunuh diri" yang menyebabkan tanaman hanya bisa ditanam satu kali dan biji
keturunan selanjutnya bersifat mandul (tidak dapat berkembang biak). Hal ini
akan menyebabkan terjadinya arus modal
dari negara berkembang ke negara maju
untuk pembelian bibit transgenik setiap kali akan melakukan penanaman.
Para
petani di negara-negara dunia ketiga khawatir bila harga benih akan
menjadi mahal karena pemberlakuan paten dan mekanisme "gen bunuh
diri" yang dilakukan oleh produsen benih. Jika petani tersebut tidak mampu
membeli benih transgenik maka kesenjangan ekonomi antara
negara penghasil tanaman transgenik dan negara berkembang sebagai konsumen akan
semakin melebar. Salah satu usaha mencegah terjadinya kesenjangan tersebut
pernah dilakukan oleh Yayasan Rockefeller. Yayasan yang berpusat di Amerika Serikat
tersebut telah menjual benih transgenik dengan harga yang lebih murah kepada
negara-negara miskin.
Di
beberapa negara bagianBrasil, pelarangan tanaman
transgenik telah mengakibatkan terjadinya penyelundupan benih
transgenik oleh para petani di negara tersebut. Mereka takut akan menderita
kerugian ekonomi apabila tidak mampu bersaing di pasar global dengan negara
pengekspor serealia
lainnya.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan makalah mengenai tentang bakteri transgenik
(bakteri ice minus), dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Bakteri es
minus (Ice_minus Bacteri) adalah nama umum yang diberikan kepada suatu varian
umum dari bakteri Pseudomonas syringae (P. syringae). Pseudomonas
syringae adalah bakteri gram negatif, aerobik, berbentuk
batang, dan memiliki flagela
polar.Secara biokimia, bakteri
ini dapat diuji dengan menggunakan uji oksidase dan argininhidrosilase yang akan menunjukkan hasil
negatif.
2. Cara untuk mengisolasi dan menghasilkan jenis es
minus dari Pseudomonas syringae: 1) Memotong DNA Pseudomonas
syringae dengan enzim restriksi.
2) Masukkan potongan DNA individu ke dalam plasmid. Penyisipan akan dilakukan
secara acak, sehingga memungkinkan untuk berbagai variasi DNA rekombinasi yang
dihasilkan. 3) Mengubah bakteri Escherichia coli (E. coli) dengan
plasmid rekombinan. Plasmid akan diambil oleh bakteri, menyumbangkan bagian
dari DNA organisme. 4) Identifikasi es-gen dari E.coli baru dikembangkan
berbagai coli recombinants. Rekombinan E.coli dengan gen-es akan memiliki
es-nukleasi. Fenotipe ini akan menjadi “es-plus.” 5) Dengan es nukleasi
rekombinan diidentifikasi, mengamplifikasi gen es dengan teknik seperti reaksi
berantai polimerase (PCR). 6) Membuat klon mutan dari gen es melalui pengenalan
agen mutagenik seperti radiasi UV untuk menonaktifkan gen es, menciptakan
“es-minus” gen. 7) Mengulangi langkah sebelumnya (memasukkan gen ke plasmid,
transformasi E.coli mengidentifikasi rekombinan), dengan mutan klon diciptakan
untuk mengidentifikasi bakteri dengan gen es minus. Mereka akan memiliki
fenotipe es-minus yang diinginkan. 8) Memasukkan gen es minus ke normal,
es-plus bakteri Pseudomonas syringae. 9) Memungkinkan rekombinasi untuk
mengambil tempat, memberikan baik-minus dan pluses-strain Pseudomonas
syringae.
3.
Manfaat dari bakteri es minus adalah dapat
dimanfaatkan sebagai salju buatan, namun juga dapat digunakan sebagai pengawet makanan dalam industi pangan dan juga bahan
pendukung untuk tempat seluncur es (ice skating).
4.
Kekurangan dari bakteri es minus adalah kontroversi terutama seputar kekhawatiran
akan memperkenalkan organisme baru yang dapat secara permanen mengganggu
ekosistem. Dampak lain yang tidak langsung dari aktivitas nukleasi es
oleh Pseudomonas syringae adalah matinya bakteri-bakteri lain, termasuk
bakteri yang bersimbiosis mutualisme dengan tanaman dan berhabitat di permukaan daun
karena kondisi ekstrem yang terjadi ketika partikel es mencair.
5.
Kontroversi yang terjadi akibat pembuatan
tanaman transgenik adalah pengaruh
pada kesehatan manusia, pengaruh
pada lingkungan (ekologis), pengaruh etika dan
agama, dan pengaruh terhadap ekonomi global.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2013. Pseudomonas syringae. http://id. wikipedia. Org / wiki /
Pseudomonas _ syringae. Diakses pada tanggal 30 September
2013, pukul 13.10 WIB.
Anugraini,
dkk. 2010. Bioteknologi Modern Bakteri Transgenik (Bakteri Es Minus (Ice-minus
Bacteri)). http://www.scribd.com/doc/113931349/Laporan-Bioteknologi. Diakses pada tanggal 3 Oktober
2013, pukul 11.57 WIB.
Bashan, Yoav dan Luz E, de-Bashan.
2002. Journal Reduction of bacterial speck
(Pseudomonas syringae pv. tomato) of tomato by combined
treatments of plant growth-promoting bacterium, Azospirillum brasilense, streptomycin sulfate, and chemo-thermal
seed treatmen. Diunduh pada tanggal 22 oktober 2013, pukul 19.02
WIB.
Hardy, Jay dan David Sands. 2012. Journal The Rain-Making Bacteria.
Diunduh pada tanggal 22 oktober 2013, pukul 22.57 WIB.
Visnapuu, Triinu. 2012. Journal Levansucrases encoded in the genome ofPseudomonas syringae pv. tomato
DC3000:heterologous expression, biochemicalcharacterization, mutational
analysis andspectrum of polymerization products. Diunduh pada
tanggal 22 oktober 2013, pukul 19.07 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar